TUGAS TERBARU Kelas 9

Senin, 04 April 2011

TUGAS TERBARU Kelas 9 :

Tulis surat At-Tiin
READ MORE - TUGAS TERBARU Kelas 9

TUGAS TERBARU Kelas 8

TUGAS TERBARU Kelas 8
READ MORE - TUGAS TERBARU Kelas 8

TUGAS TERBARU Kelas 7

Jumat, 01 April 2011

Pengumuman Tugas :

Ujian Praktek (Ahad, 3 April 2011)
READ MORE - TUGAS TERBARU Kelas 7

Strategi Pengembangan Budaya Agama dalam Komunitas Sekolah

Pendidikan Islam, suatu pendidikan yang melatih perasaan siswa sehingga sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan terhadap segala pengetahuan, dipengaruhi nilai spiritual dan sadar akan nilai etis Islam. Pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.
Ada beberapa persoalan mendasar yang perlu dipertimbangkan tatkala mengagendakan rencana pengembangan pendidikan Islam. Pertama, stigma keterpurukan bangsa, yang berakibat kurangnya rasa percaya diri. Kedua, eskalasi konflik, yang di satu sisi merupakan unsur dinamika sosial, tetapi di sisi lain mengancam keharmonisan. Bahkan integrasi sosial baik lokal, nasional, regional maupun internasional.

Ketiga, krisis moral dan etika, yang melanda kehidupan bangsa kita dalam berbagai tataran administratif pemerintahan pusat atau daerah, dalam berbagai sektor. Empat, pudarnya identitas bangsa, terutama berhadapan dengan hegemoni dunia yang unggul baik dari aspek politik, sosial maupun kultural.

Meskipun sebenarnya dalam tata hubungan global diperlukan prinsip interdependensi antara negara-negara dunia, komitmen politik bebas aktif mulai canggung, kesatuan dan persatuan bangsa (budaya dan sosial) mengalami keretakan.

Dari persoalan mendasar tersebut di atas, pendidikan agama Islam di sekolah ataupun di masyarakat perlu diorientasikan pada beberapa hal. Pertama, pengembangan sumber daya manusia (SDM) karena keterpurukan bangsa bisa diobati dan disembuhkan dengan tersedianya SDM yang tangguh, cerdas secara intelektual, sosial, dan spiritual, memiliki dedikasi dan disiplin, jujur, tekun, ulet, dan inovatif.

Kedua, ke arah pendidikan agama Islam multikulturalis. Yakni, pendidikan Islam perlu dikemas dalam watak multikultural, ramah menyapa perbedaan budaya, sosial, dan agama. Ketiga, mempertegas misi untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak sebagai misi utama Rasulullah saw.

Keempat, melakukan spiritualiasi watak kebangsaan, termasuk spiritualisasi berbagai aturan hidup untuk membangun bangsa yang beradap (lihat Fadjar, 2003). Pada yang terakhir ini sekaligus mengandung makna perlunya pengembangan pendidikan agama sebagai budaya sekolah.

Pengembangan pendidikan agama Islam sebagai budaya sekolah tidak bisa dilepaskan dari peran para penggerak kehidupan keagamaan di sekolah. Meminjam teori Philip Kotler (1978) bahwa terdapat lima unsur dalam melakukan gerakan perubahan di masyarakat, termasuk masyarakat sekolah, yang di singkat 5 C.

Kelima hal tersebut yaitu: pertama, Causes, sebab-sebab yang bisa menimbulkan perubahan. Antara lain berupa ideas (gagasan atau cita-cita) atau pandangan dunia dan atau nilai-nilai. Hal itu biasanya dirumuskan dalam visi, misi, motif atau tujuan yang dipandang mampu memberikan jawaban terhadap problem yang dihadapi. Kedua, change agency, yakni pelaku perubahan atau tokoh-tokoh yang berada di balik aksi perubahan dan pengembangan.

Ketiga, change target (sasaran perubahan), seperti individu, kelompok atau lembaga yang ditunjuk sebagai sasaran upaya pengembangan dan perubahan. Keempat, channel (saluran), yakni media untuk menyampaikan pengaruh dan respons dari setiap pelaku pengembangan ke sasaran pengembangan dan perubahan. Kelima, change strategy, yakni teknik utama memengaruhi yang diterapkan oleh pelaku pengembangan dan perubahan untuk menimbulkan dampak pada sasaran-sasaran yang dituju.

Strategi pengembangan budaya agama dalam komunitas sekolah, menurut Koentjaraningrat (1974) tentang wujud kebudayaan, meniscayakan adanya upaya pengembangan dalam tiga tataran. Yaitu, tataran nilai yang dianut, tataran praktek keseharian, dan tataran simbol-simbol budaya. Pada tataran nilai yang dianut, perlu dirumuskan secara bersama nilai-nilai agama yang disepakati dan perlu dikembangkan di sekolah. Selanjutnya, dibangun komitmen dan loyalitas bersama di antara semua warga sekolah terhadap nilai-nilai yang disepakati.

Nilai-nilai tersebut ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Yang vertikal berwujud hubungan manusia atau warga sekolah dengan Allah (habl min Allah), dan yang horizontal berwujud hubungan manusia atau warga sekolah dengan sesamanya (habl min an-nas), dan hubungan mereka dengan lingkungan alam sekitarnya.

Dalam tataran praktek keseharian, nilai-nilai keagamaan yang telah disepakati tersebut diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku keseharian oleh semua warga sekolah. Proses pengembangan tersebut dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: pertama, sosialisasi nilai-nilai agama yang disepakati sebagai sikap dan perilaku ideal yang ingin dicapai pada masa mendatang di sekolah.

Kedua, penetapan action plan mingguan atau bulanan sebagai tahapan dan langkah sistematis yang akan dilakukan oleh semua pihak di sekolah dalam mewujudkan nilai-nilai agama yang telah disepakati tersebut. Ketiga, pemberian penghargaan terhadap prestasi warga sekolah, seperti guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik sebagai usaha pembiasaan (habit formation) yang menjunjung sikap dan perilaku yang komitmen dan loyal terhadap ajaran dan nilai-nilai agama yang disepakati. Penghargaan tidak selalu berarti materi, tetapi juga dalam arti sosial, kultural, psikologis, ataupun lainnya. n S-2

Mukhtarodin (Mahasiswa Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung-Guru SMA Negeri 1 Selatpanjang)

Sumber: Lampungpost.Com
READ MORE - Strategi Pengembangan Budaya Agama dalam Komunitas Sekolah

Lorem

Please note: Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.

Ipsum

Please note: Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.